RSS

Kado Lebaran untuk Istri

Lebaran tahun ini adalah momen istemewa bagi saya. Selain mencapai kemenangan di idul fitri yang jatuh hari Rabu (1/10) ini, saya bisa memberikan kado lebaran kepada istri berupa cincin.

Sejak pernikahan dua tahun lalu, saya belum mampu membelikan sesuatu yang berharga seperti emas. Pernikahanya saja saya terpaksa meminjam kalung dengan berat 11 gram milik salah seorang teman saya (terima kasih ya pengorbananya tidak akan pernah aku lupakan).

Hingga satu tahun menikah saya hanya mampu membelikan pakaian tiga lembar, lemari es, dan kasur, selebihnya saya belum mampu. Hingga suatu ketika istri tiba-tiba minta dibelikan cincin. Keinginan ini pun hanya untuk menjaga izzah saya sebagai suami di depan keluarganya. Meskipun sebetulnya mereka tidak mengetahui peristiwa yang sesungguhnya. Permintaan yang terkesan tidak serius ini membuat saya jadi merasa semangat. Apalagi, istri sering memohon untuk menunda pembelian cincin (terima kasih my love).

Selain itu, istri sering melihat wanita lain yang sudah menikah memakai cincin. Permintaan ini pun sempat tertunda beberapa bulan karena kondisi keuangan saya yang memang terbatas. Maklum, sebagai jurnalis saya minim harta meskipun imaje yang ada di tengah masyarakat, seorang wartawan cepat kaya.

Sabar yang Mi, Insya Allah kalau ada rezeki saya belikan cincin supaya istri saya pun bangga dan pede ketika kumpul dengan wanita lain karena sudah ada cincinnya sebagai bukti dirinya telah memiliki suami. Atas izin Allah akhirnya, saya mampu membelikan cincin 3,5 gram dengan emas 24 karat.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

SMS Kambar Gembira

ebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah bahwa kita harus memberikan kabar gembira kepada saudara dan tetangga kita maka Sesaat setelah melihat anak pertama lahir, kami pun mengirimkan kabar gembira ini kepada orang tua, teman kantor, rekan semasa kuliah . Tak lupa kami berdua meminta doa supaya kelak anak kami menjadi anak yang sholehah.

Alhamdulillah, telah lahir anak kami yang pertama pada hari Minggu, 20 April 2008 pukul 02.30 WIB, di kilinik bidan Uwen dengan sehat. Mohon doakan agar menjadi anak yang sholehah. Demikian kalimat singkat yang saya sebarkan ke beberapa orang.

Pertama kali kabar gembira ini saya kirimkan adalah kepada orang tua di Brebes, Jawa Tengah dan Tangerang, Banten. Setelah itu, baru saya kirimkan pesan gembira ini ke orang lain yang salahsatunya adalah Bu Ratna Taufik, istri Bupati Serang dan Andy Sujadi, Wakil Bupati Serang. SMS balik pun berdatangan yang intinya semua mendoakan anak kami yang pertama.

Terima kasih saudaraku atas doa dan dukungannya, semoga kita menjadi muslim yang saling mendoakan .

Keesokan harinya sekitar pukul 06.00 WIB, saya masih sibuk soal persalinan. Namun, kali ini langkah kaki dan pikiran kami lega dan bahagia meskipun masih ada satu yang mengganjal dalam benak kami, yaitu biaya persalinan karena saat itu kami betul-betul tidak memiliki tabungan. Maklum, sebagai seorang wartawan di harian local gaji saya hanya transir ke rekening dan habis untuk digunakan beberapa keperluan. Apalagi, sebulan sebelum anak kami lahir, saya dirawat di rumah sakit selama 12 hari akibat gejalan tipes.

Setelah mengutak-atik, mondar-mandir keluar masuk ruangan. Akhirnya Allah memberikan pertolongan melalui rekan sekantor yang mau meminjami uang. Terima kasih atas bantuannya semoga Allah SWT membalas amalan.

Usai menyelesaikan masalah administrasi, kami berdua mendapat kunjungan dari teman-teman. Kunjungan rekan dan saudara merupakan angin kesegaran dan kebahagiaan bagi kami berdua. Janji Allah yang mengatakan bahwa kita tidak akan diberi beban melebihi batas kemampuan kita, ternyata teruji dan benar adanya.

Jadi, tak ada alasan untuk berkeluh kesah ketika diuji dengan kekurangan materi. Subhanallah, maha suci Engkau yang telah memberikan kesempurnaan pada anak kami sehingga lahir dalam proses yang normal dan sehat.



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Katanya Ummi Tambah Kurus

Melihat perkembangan Fadia kecil yang sempurna membuat saya bangga dan senang serta bersyukur, karena itu membuktikan kalau istri mampu melakukan tugasnya dengan baik. Tapi, ada kabar yang membuat saya heran dan penasaran soal kondisi istri yang katanya makin kurus sejak berada di rumah neneknya Fadia di Brebes, Jawa Tengah.

Sejak istri merasakan ada yang aneh soal kondisi kesehatannya pasca melahirkan, nenek Fadia meminta istri untuk tinggal di Brebes beberapa waktu sembari menunggu keadaanya pulih. Sejak saat itulah, hari-hari saya di rumah kontrakan di Perumahan Banjarsari, Kota Serang, Provinsi Banten, menjadi sepi.

Jika biasanya ada suara yang cerewet meningatkan saya untuk minum air putih yang cukup. Kini, peringatan itu hanya saya terima beberapa kali, itupun lewat pesan singkat di handpone. Alhamdulillah, keadaan istri semakin membaik dan sehat, karena mendapat perawatan intens terutama tukang urut. Maklum, di daerah kami saya merasa kesulitan mendapatkan tukang urut yang bisa meyakinkan kami berdua.

Namun, setelah 3 bulan saya melihat istri tambah kurus. Bahkan, kabar makin kurusnya istri terdengar saat Ramdhan 2008. “Bi, ummi jadi kurus loh, lebih kurus dari waktu gadis,” demikian pesan singkat istri kepada saya di tengah malam.

Mendengar kabar itu, saya pun langsung heran dan penasaran dengan melontarkan pertanyaan. “Bukannya makan dan istirahatnya cukup Mi?” Tanya saya dengan penasaran.

Istripun menuturkan dengan perasaan heran, perubahan fisiknya menjadi kurus bukanlah karena kurang makan atau istirahan. Melainkan, tidak terpenuhinya kebutuhan intelektual. “Kalu kita kumpul kan enak bi, ada yang memotivasi dan diskusi soal mimpi-mimpi masa depan. Tapi, kalau di rumah tidak ada yang diajak ngobrol soal masa depan sesuai dengan nalar seorang aktivis dan anak muda yang memiliki semangat,” kata istri dengan nada lirih ingin berkumpul kembali.

Sebagai motivasi awal, saya memberikan beberapa tips kepada istri diantaranya agar setiap pagi melakukan olahraga ringan minimal 15 menit sembari mengamati lingkungan sekitar untuk diambil hikmahnya. Selain itu, biasanya membaca buku setiap ada waktu luang bersama Fadia kecil.

Terima kasih ya Allah, segala realitas yang terjadi pada kami memberikan pelajaran yang berharga. Terutama arti sebuah rumah tangga dan arti orangtua.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Naik Dokar

Lebaran tahun 2008 merupakan hari istimewa buat saya istri dan anak. Selain bisa berkumpul bersama kakek, nenek, om, tante dan saudara, kami juga bisa rekreasi meskipun hanya sekadar jalan-jalan dan makan di warung lesehan.

Jumat (3/10) sekira pukul 10.00 WIB, saya bersama istri dan anak jalan-jalan menggunakan dokar, yaitu sebuah sarana transportasi menggunakan kuda yang kini mulai sulit ditemukan di daerah kelahiran saya di Brebes, Jawa Tengah. “Mi, jalan-jalan yo pakai dokar,” ajak saya kepada istri yang terlihat sudah mulai jenuh tinggal di dalam rumah beberapa bulan.

Tanpa pikir panjang lagi, istri saya pun langsung menyetujui ajakan saya itu. Setelah beres-beres peralatan di dede kecil yang sudah mulai tambah lucu, kami bertiga berangkat menuju lokasi dimana para sopir dokar biasa mangkal. Suasana di area mangkal para dokar ini terlihat berbeda dengan hari-hari sebelum lebaran.

Jika sebelumnya kegaduhan, kebisingan dan kemacetan menjadi pemandangan menjenuhkan dan menjengkelkan. Kini, dua hari pasca lebaran pemandangan menjadi normal kembali. Hanya ada beberap toko kelontongan dan toko kelontongan yang masih buka.

Di pinggir jalan persimpangan pasar Desa Ketanggungan tampak seorang pria yang mulai keriput akibat usianya yang telah tua. Kakek ini terlihat asyik mengelus-ngelus seekor kuda putih yang belakangan bernama si Manis. “Biar saya saja Bi yang menawar harganya. Khawatir kalau Abi yang nawar tidak bisa,” kata istri sambil menggendong Fadia yang matanya terlihat bening.

Memang sejak saya merantau di Serang, Provinsi Banten tahun 1999 lalu komunikasi saya dengan bahasa Brebes menjadi agak sulit sehingga sering mengkhawatirkan istri ketika membeli barang. Dari jarak dekat saya mengamati diplomasi istri dengan pemilik dokar.

Setelah melakukan proses negoisasi akhirnya disepakat harga sewa dokar Rp 60.000. Awalnya, pemilik dokar menawarkan harga cukup tinggi yaitu Rp 80.000. Usai persetujuan kami langsung naik dan bergerak menuju salahsatu rumah makan lesehan di Kampung Alang-alang, Desa Kersana. Jika dihitung jarak perjalanan dari lokasi mangkal dokar sekira 7 kilometer.

Bunyi alas kaki kuda terdengar seperti nada sebuah lagu, rapi dan teratur. Sesekali kuda putih yang usianya 15 tahun itu menengokan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Fadia kecil yang saya pangku persis di belakang kuda seperti menikmati perjalanan pagi itu.

Genderang knalpot dan hembusan angin menjadi irama kuda terasa enak di dengar. Mata Fadia pun tertuju kepada kuda yang ada di depannya. Bahkan, sesekali anak pertama saya ini jingkrak-jingkrak sambil berteriak seperti ingin menaiki kuda tanpa harus di dokar.

Kami bertiga merasa bahagia karena bisa menikmati perjalanan meskipun sederhana. Ternyata, keadaan yang apa adanya tidak membuat kami bertiga mengeluh tapi justru semangat untuk menjalani masa-masa liburan bersama anak. ***

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Biar Ummi tetap Cantik

Pepatah bijak yang mengatakan, kita baru akan merasakan keberadaan orang lain ketika orang itu sudah tidak ada di samping kita. Ini pula yang saya rasakan ketika noq murni sing ngangeni (jargon istri yang disampaikan kepada orang lain termasuk saya), saat masih ada di rumah mertua di Brebes, Jawa Tengah, untuk mendapat perawatan ala jawa pasca melahirkan.

Sudah empat bulan saya sendiri, saat itulah saya merasakan udara lebih dingin dari biasanya, ketipan mata pun menjadi kosong karena tidak ada yang diajak ngobrol. Yah, ngobrol soal masa depan keluarga kita ke depan, terutama untuk anak pertama kami yang kini sudah bisa ngoceh seperti orator ulung.

Hingga ramadhan 1429 Hijiryah atau September 2008, saya seperti orang yang masih bujangan karena kemana-mana berjalan sendirian (tenang Mi, saya tidak mengaku bujangan kok). Mulai dari makan sahur, buka puasa sampai tidur pun sendiri. Kalau seperti ini saya ingat masa lalu saat masih tinggal di sekretariat di salahsatu organisaasi keIslaman bersama teman-teman seperjuangan. Terima kasih semuanya, rupanya terpaan serba kekurangan dan kemandirian bermanfaat hari ini.

Rasa kehidupan pun menjadi hambar dan tidak berasa seperti sambal tidak diberi garam, kering dan jenuh menjadi teman keseharian saya. Suatu hari, sekitar pukul 20.00 WIB, tiba-tiba hanpdone Nokia N70 yang saya beli dari uang hadiah sayembara Wiranto mendengar aspiraasi 2008, berdering dan terlihat nama panggilan umi Fadia.

Assalamu’alikum, apa kabar bi?” sudah buka puasa belum?” terdengar suara istri dengan logat yang masih kelihatan orang Jawanya. Saya pun mengangkat teleponnya dan bercakap-cakap seperti laiknya orang berpacaran. Setelah mengungkapkan rasa kangennya selama kurang lebih 30 menit, tiba-tiba istri meminta izin kepada saya soal rencananya membeli bedak.

Boleh ngga bi, umi beli bedak biar umi tetap terlihat cantik dan bersih,” demikian kata istri dengan manja. Tanap pikir panjang, saya pun langsung mengiyakan dan bertanya balik. “Beli sekarang saja, kan ummi pegang uang,” kata saya. Istriku langsung menjawab, tetap dong bi, saya harus minta izin sama suami, biar nanti bisa dipertanggungjawabkan di depan pengadilan akhirat.

Jujur saja, permintaan izin istri seperti ini mungkin sesuatu yang sederhana dan banyak yang menganggap remeh. Tapi, bagi saya mudah-mudahan suami yang lainnya juga, permintaan izin dari istri merupakan kebanggan dan sebuah kehormatan bagi suami. Paling tidak menambah keyakinan dan memantapkan hati kita bahwa istri mampu menjaga kehormatan dirinya dan suami. Terima kasih Ya Allah atas karuniaMu kepada hamba dengan dihadirkannya seorang wanita yang cerdas dan taat pada suami. ***

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ke Eropa Atau Mekkah

Andaikan kita diberikan kesempatan untuk jalan-jalan ke luar negeri, saya ingin mengajak istri dan anak ke Eropa. Tidak ada alasan mendasar selain keinginan untuk menginjakan kaki ke tanah yang selama ini selalu menjadi pusat perhatian dunia.

Keinginan ini pun saya sampaikan ke istri disela-sela bercengkrama di salahsatu ruang rumah kontrakan kami. Andaikan saya punya kesempatan untuk jalan-jalan ke luar negeri ingin saya ajak Fadia ke Eropa, kata saya kepada istri sambil memandangi wajah Fadia yang masih imut.

Mendengar mimpi saya, istri langsung mengucapkan Amin. Selanjutnya dia komentar sembari mengajukan usulan. Mendingan ke Mekkah dan Madinaah Bi, sekalian umroh dan bisa melihat langsung bagaimana kemegahan Islam dengan simbol ka’bahnya, saran istri sambil mengajak bicara Fadia kecil, yang kami pun belum tahu apakah dia mendengarkan atau tidak karena saat itu usianya masih 3 minggu.

Setelah saya berpikir ulang akhirnya menyetujui saran dari istri. Tapi ngomong-ngomong kapan kita kesana wong belum memiliki uang kok, celetuk saya sambil tertawa. Mendengar komentar saya yang bernada pesimis , istripun langsung mengatakan, rizki Allah itu bisa datang dari mana saja siapa tahu nantinya nasib kita berubah secara ekonomi, kata istri sambil kembali meminta persetujuan Fadia kecil.

Itulah salah satu mimpi yang sering kita bicarakan berdua ketika waktu santai. Meskipun belum tahu darimana datangnya rizki dan kapan mimpi itu bisa tercapai, tapi paling tidak kami memiliki semangat untuk pergi ke tanah suci Mekkah. ****

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pengantar Tidur

Tak biasanya istri saya meminta dikirim pesan singkat pengantara tidur. Saking seringnya meminta pengantara tidur sampai saya tidak bisa menghitung. Jika sudah seperti ini saya selalu menggoda istri dengan sindirian sederhana dan ngeledek. “Ummi pasti kangen saya mas yah,” ledek saya dengan tertawa ringan.

Mendapat ledekan seperti itu, istri hanya bisa tersenyum simpuh dan malu. Anehnya, ketika saya hanya memberi ledekan, istri saya justru menuduh saya tidak romantis. “Ah, mas mah ga romantis sih,” katanya dengan nada sedikit kesal.

Sebetulnya, saya sedikit malas karena dalam pikiran katak-kata pengantar tidur seperti anak-anak. Namun, lambat laun saya pun sadar akan sosok wanita yang suka digoda dengan kata-kata puitis dan romantis.

Menyadari hal itu, saya langsung mengirimkan pesan singkat kepada istri.

purnama tampak ceria

Udara pun terasa sejuk

Seperti angin syurga yang berhembus

diantara mahluk yang rindu akan kasihsayang

Seolah ingin menitipkan salam

Kepada wanita nan jauh di sana

Selamat istirahat jangan lupa berdoa untuk kita semua.

Dalam pikira saya, istri belum tahu kalau suaminya memiliki kelebihan kata sastra makanya saya paling suka kalau dalam tugas liputan mencari berita selalu membuat feature.

Pengantar tidur, ternyata kata-kata ini sangat berarti bagi wanita meskipun sudah menikah dan memiliki anak. Kalau sudah begini saya jadi teringat akan sebuah buku berjudul nikmatnya pacaran setelah menikah, yang ditulis oleh Salim A.Fillah, seorang penulis yang cukup produktif.

Mudah-mudahan kata yang menguntai cinta selalu menjadi warna dalam kehidupan keluarga kami. Tanpa cinta dan kasihsayang sulit rasanya keluarga bisa bertahan hingga akhir hayat. Tak salah jika Ibnu Qoyim Al-Jauziah mengupas masalah cinta dalam bukunya yang berjudul taman-taman orang jatuh cinta. ****



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ilmuwan Penulis

Sebelumnya Abi minta maaf ya nak, keinginan ini mungkin belum tentu keinginan kamu. Ini hanya impian besar seorang ayah tentang anak pertamanya yang lahir satu hari sebelum hari Kartini. (Kalau kau sudah besar silahkan bermimpi sendiri ya nak).

Menjadi ilmuwan penulis itulah mimpi saya kepada sosok mungil yang masih usia 5 bulan. Sekali kali Abi minta maaf kalau mimpi ini mendahului mimpi kamu nanti ya nak. Sebetulnya mimpi ini cukup logis jika dilihat dari latarbelakang saya dan istri.

Istri memiliki potensi menjadi ilmuwan atau peneliti karena memiliki latarbelakang sebagai sarjana sains jurusan Fisika dari sebuah kampus yang cukup terkenal yaitu Universitas Sebelas Maret (UNS), Solo, Jawa Tengah. Sementara saya sendiri bekerja sebagai seorang jurnalis di Radar Banten, sebuah media lokal terbesar di Banten yang masih satu grup dengan Jawa Pos pimpinan Dahlan Iskan.

Latar belakang yang berbeda ini kemudian menginspirasi saya untuk melamun sosok Fadia besar nanti. Ilmuwan penulis, itulah angan-angan saya setiap merebahkan badan di atas kasur. Tapi sekali lagi ini hanya keinginan abi nak, nanti kalau kamu sudah besar kami berdua sepakat untuk menyerahkan sepenuhnya cita-cita kamu sesuai dengan potensi yang kamu miliki.

Tapi, sebagai seorang ayah boleh dong merancang kehidupan anaknya yang masih kecil. Siapa tahu mimpi saya dengan Fadia besar nanti sama. Terus terang melihat usia Fadia yang baru 5 bulan, saya belum bisa memastikan potensi yang dimiliki Fadia kecil.

Namun, melihat gelagat dan kebiasaan Fadia kecil sepertinya ada tanda-tanda anak istimewa. Beberapa kali saya mendapatkan cerita dari istri tentang tingkahnya, anak kelahiran 20 April 2008 ini memiliki percepatan gerakan fisik dan nalar yang lebih cepat dibandingkan anak pada umumnya.

Bi, Fadia lucu loh, meski usainya baru 5 bulan tapi sepertinya nalarnya sudah mulai reaksi,” kata istri dengan nada gembira. Kemudian istri menceritakan kegembiraannya ketika itu, ceritanya usia 4,5 bulan Fadia sudah mulai dilatih memakai kerudung mungil.

Memang kebiasaan sejak dini ini kita terapkan supaya Fadia terbiasa dengan kerudung, karena menutup aurat bukanlah perkara mudah jika baru disampaikan ketika usianya sudah dewasa. Menurut istri, Fadia sepertinya tahu kalau dipakaiin kerudung mau keluar rumah. “Kalau kerudungnya dipakai terus tidak keluar-keluar kaki dan badannya digerakan maju seperti ngajak keluar,” kata istri sambil tertawa kecil karena senang melihat perkembangan Fadia yang cukup baik.

Kembali ke mimpi saya tadi, dalam film bayangan saya setiap saat. Saya memimpikan Fadia adalah sosok wanita yang lincah, cerdas, pintar dan tegas dalam urusan agama. Dia adalaha sosok ilmuwan yang juga mampu menguntai penelitiannya dengan kata-kata yang renyah untuk dibaca orang.

Gambaran saya ketika itu, ilmuwan yang mampu menuliskan kata-kata dengan enak, ringan dan renyah belum saya temukan (atau saya aja kali yang tidak tahu). Mimpi inilah yang kemudian membuat saya selalu menyarankan kepada istri untuk mengenalkan lembaran-lembaran buku kepada Fadia sejak kecil.

Dalam benak saya pun berazam, kelak kalau Fadia sudah bisa ngomong akan saya bawa rekreasi ke perpustakaan dan toko buku. Tak hanya itu, rumah pun akan saya padati dengan buku-buku yang baik.

Tapi sekali lagi, ini hanyalah keinginan dari seorang jurnalis yang menjadi ayah dan memiliki istri berlatarbelakang orang eksak. Yah, paling tidak ada dua potensi yang bisa digabungkan. Untuk selanjutnya, saya menyerahkan sepenuhnya kepada Fadia jika besar nanti. Tugas kami sebagai orangtua hanya mengarahkan atau memfasilitasi potensi anak agar lebih baik.

Selamat belajar menemukan potensi diri ya nak, mudah-mudahan mimpi ayah sama dengan potensi dan mimpi Fadia, amin. ****

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kami Kesrempet Becak

Hati saya dan istri bengong dan melongo ketika becak yang kita naiki diserempet sebuah motor besar. Maklum, peristiwa mendadak di luar dugaan itu terjadi secara tiba-tiba. Beruntung, motor hanya nyerempet bagian samping kanan becak sehingga kita bertiga selamat, terima kasih ya Allah atas pertolonganMu.

Kejadian ini terjadi Kamis (2/10), sehari pasca lebaran idul fitri 1429 Hijriyah. Ketika itu kami bertiga hendak ke rumah makan milik kakek-nenek Fadia yang letaknya 7 kilometer dari rumah di Brebes.

Awalnya kami tidak memiliki firasat apapun selama perjalanan. Namun, tiba-tiba persis di depan rumah makan ketika becak yang kita tumpangi hendak menyebrang ke kanan tiba-tiba muncul sebuah motor besar dan menyerempet bagian samping becak.

Jujur saja kami berdua termasuk tukang becak kesal dengan pengendara motor. Pasalnya, kita sudah memberikan tanda jauh-jauh sebelum menyebrang tapi tetap saja motor dengan plat nomor B itu jalan terus sehingga menyerempet becak. “Ini orang ngelamun kali yah,” kata istri dengan nada kesal penuh deg-degan.

Alhamdulillah, kami tidak mengalami apapun selain was-was bercampur kesal. Maklum, di tengah kami ada Fadia yang sedang tertidur pulas di pangkuan istri. Untungnya, kejadian ini tidak dilihat oleh nenek Fadia, sebab kalau dia tahu pasti akan berteriak-teriak dan menangis kendati tidak terjadi apapun terhadap kami.

Kasih sayang nenek Fadia memang lebih dari cukup. Mungkin karena cucu pertama dari anak pertama dan perempuan satu-satunya sehingga perhatiannya sangat lebih. Maafkan Abi ya nak, sempat membuat kamu hampir terluka keserempet motor. ****

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ummi Curhat

Rabu (17/9) sore usai berbuka puasa, tiba-tiba saya ditelepon istri yang masih tinggal di rumah mertua di Brebes, Jawa Tengah. “Bi, saya mau curhat nih,” kata istri dengan nada mendesak. Rupanya, istri mau menceritakan kondisi ekonomi teman satu group pengajiannya yang memprihatinkan.

Menurut istri, temannya terpaksa tidak bisa mengeluarkan infaq karena untuk memenuhi kebutuhan makan saja masih kesulitan. Suaminya sudah tidak bekerja lagi sebagai pengrajin kayu rotan di Cirebon, Jawa Barat. Padahal, saat itu memiliki anak seusia Fadia, anak saya yaitu 5 bulan.

Kalau mendengar ceritanya kasihan bi, karena tidak bisa membeli makanan akibat suami tidak bekerja,” kata istri dengan nada semangat ingin membantunya.

Istri pun melanjtukan ceritanya tentang temannya itu dengan penuh keprihatinan. “Gimana ya caranya membantu teman saya, tidak tega mendengar ceritanya apalagi sedang menyusui,” katanya dengan penuh harap saya bisa memberikan solusi.

Setelah mendengarkan cerita dari istri selama 30 menit, saya pun mulai angkat bicara sedikit memberikan jalan keluar. Saya menyarankan agar istri menyampaikan kepada temannya itu untuk mengajukan kredit ke Bank, karena ada program kredit usaha rakyat (KUR) yang tanpa agunan.

Coba saja temannya umi membuat kerajinan rotan sendiri di rumah, yah paling tidak dua atau lima. Nanti, setelah itu mengajukan KUR ke Bank yang telah ditunjuk pemerintah yaitu Bank Mandiri, Mandiri Syariah, Muamalat, BNI atau BRI. Usai memberikan saran, kebiasaan mimpi saya pun kembali muncul.

Andaikan Allah mengizinkan saya menjadi orang yang mampu, ingin rasanya saya memberikan solusi kongkrit dengan menyediakan modal usaha kepada teman istri saya tadi. Demikian lamunan saya menerawana seraya memanjatkan doa kepada sang maha kaya Allah SWT.

Semoga saja rasa empati istri dapat membantu mimpi saya terkabulkan sehingga bukan saja membantu omongan, yang saya yakin tidak riil. ***

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Fadia, Kini Kau Terlihat Lucu


Hari demi hari perubahan fisik dan geliat Fadia kecil makin lucu saja. Rasanya baru kemarin saya melihat dia belum bisa berkomunikasi dengan orang-orang di sekilingnya. Tap sekarang di usianya yang baru 3 bulan 10 hari, Fadia seperti sudah tahu siapa orang-orang yang selama ini mengelilinginya baik yang suka mengajak ngobrol maupun menggodanya.

Matanya selalu melirik kepada orang yang memanggilnya, tak hanya itu, Fadia kecilpun melemparkan senyuman sambil bersuara ha…ha. Tingkah Fadia yang mulai lucu ini membuat saya, istri, nenek, kakek dan omnya gemes. Tak heran, neneknya selalu mencubit pipi Fadia dan menggendongnya sambil mencium dan penuh luapan gembira.

Sebagai seorang ayah saya pun senang melihat perubahan Fadia yang atraktif. Sabtu (2/8) sore, ketika udara terasa sepoi-sepoi, saya dan istri duduk di kursi sebelah kiri rumah. Di sini kami berdua bercanda dengan Fadia kecil. Lambaian daun bunga gelombang cinta yang ada di taman pun seperti larut dengan kami yang sedang bergembira.

Istri yang ketika itu mengenakan kerudung dan baju warna pink tampak terlihat cantik meskipun agak terlihat kurus. Subhanallah istriku cantik banget yah, gumamku dalam batin dan baru saya utarakan ketika malam harinya. Tak jauh berbeda dengan Fadia yang hari itu pun tampak nyentrik dan gaul, topi gaul dan baju yang berwarna pink membuat kedua wanita ini serasi dan anggun.

betapa cantiknya anak saya mirip ibunya, untuk yang kali keduanya saya hanya bergumam. Maha suci Engkau ya Allah yang telah memberikan dua wanita yang cantik untuk hadir di tengah-tengah kehidupan saya. Sekira 30 menit kami berdua berbincang-bincang mulai dari sketsa pendidikan Fadia hingga kisah-kisah orang lain tentang Fadia. Tak lama istri beranjak ke kamar untuk mengambil kamer digital yang selama ini menjadi senjata utama saya dalam bekerja sebagai seorang jurnalis.

Ayo bi Fadia di foto sama ummi, kata istri dengan penuh semangat sembari membetulkan topi ping Fadia. Persis di sebelah tamah yang berada di dalam rumah, dua wanita ini pun saya jepret dan hasilnya sungguh luar biasa. Fadia terlihat lucu, matanya menatap blits kamera, istri pun tak mau ketinggalan sambil melemparkan senyum ia memasang pose layaknya model terkenal.

Dalam beberapa menit hasil jepretan pun terlihat dengan hasil yang menyenangkan. Selang beberapa menit kemudian, Om Fadia, Asep yang sejak dari tadi melihat kami bertiga sedang berfoto, langsung menghampiri dan meminta izin untuk melihat fotonya. Coba lihat fotonya Fadia, kata Asep yang memang terlihat senang mendapatkan ponakan selucu Fadia. ***

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Akan Kami Antarkan Nak



Nanti kalau Fadia sudah besar belajar karate yah supaya kelenturan fisiknya terlatih. Gumam istri sambil mencium kening Fadia yang saat itu sedang suka diajak ngobrol. Mendengar ucapan istri saya pun langsung menimpali dengan dukungan sepenuhnya.


Bagi saya sendiri belajar karate bukan hanya urusan fisik dan kekerasan. Akan tetapi ada sesuatu yang lain apalagi jika diajarkan sejak kecil. Menurut saja, karate dapat melatih emosi anak dan melenturkan fisik anak.

Sejak awal kami berdua memang bermimpi menjadikan Fadia seorang wanita, yang memiliki sejumlah keterampilan mulai dari karate, piano, menulis dan meneliti serta berdiplomasi. Saya dan istri menyadari bahwa tugas orangtua hanyalah mengarahkan potensi yang ada pada anak.

Jika nantinya Fadia memang memiliki kecenderungan menjadi peneliti maka kami berdua komitmen untuk membantunya. Saya dan istri pun akan membantunya jika Fadia ternyata memiliki kecenderungan menjadi seorang diplomat.

Namun, pada masa golden age ini kami masih memberikan pilihan kepada Fadia. Tak heran, sejumlah keterampilan ingin kami berikan kepadanya. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan saya istri yang cantik, cerdas dan berperilaku baik. ****

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Jangan Menyerah

Jadilah perempuan seperti Siti Hajar yang tak kenal kata menyerah. Berulangkali ia bolak-balik mencari sumber mata air untuk diberikan kepada anaknya Ismail.

Tak ada keluh kesah dalam jiwanya yang suci, tak ada kata putus asa dalam batinnya yang teduh penuh keibuan. Perasaan sayang yang dibingkai dengan ketaatan kepada Allah SWT telah membuat keteguhan hatinya untuk terus berjuang dan berupaya mencari sumber mata air.

Fadia, pesan abi ini sengaja disampaikan kepadamu disaat usia Fadia masih 2,5 bulan. Meskipun engkau tidak mendengar secara kasat mata tapi abi yakin, Allah SWT akan menyampaikan pesan ini kepadamu.

Ikatan darah dan batin yang sudah menjelma dalam dirimu akan menjadi pemantik. Jadikanlah dirimua sebagai seorang muslimah yang teguh memegang prinsip ilahiah. Jadikanlah dirimu sosok wanita yang mengagumkan, bukan karena kecantikan dan keanggunanmu tapi karena akhak dan kecerdasanmu dalam menyampaikan pesan Ilahiyah dari Rabbmu.

Yakinlah bahwa hanya orang tangguh yang akan memegang kekuasaan di muka bumi ini. Ingat ketangguhan Muhammad, yang tidak jera dengan olok-olok kaummya yang tidak mengetahui kebenaran.

Ingat ketangguhan Khodijah dalam melakukan perdagangan. Ingat ketangguhan Asiah, istri Firaun yang tetap teguh dalam kebenaran dan tidak tergoda dengan gemerlap istana yang mengagumkan manusia. Selama berjuang ****

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sabar Ya Nak

Meskipun usianya baru 2,5 bulan, Fadia terliaht begitu aktif. Badannya digeser-geser seperti ingin berdiri dan menatap dunia yang katanya menggoda dan gemerlap oleh berbagai perhiasan yang memukau manusia.

Genggaman tangannya selalu begerak seolah ingin merebut sesuatu. Dari mulutnya yang mungil selalu terdengar suara ha…ha, seolah ingin mengatakan kepada dunia inilah saya mujahidah yang siap berjuang untuk membuktikan kebenaran agama Islam.

Sabar yang nak, suatu saat apa yang engkau inginkan dan buktikan akan bisa dilakukan. Berdoalah dan berjuanglah untuk agamamu. Tapi ingat, berjuanglah engkau dengan bahasa kemanusiaan yang penuh kedamaian dan simpai sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Muhammad saw, yaitu nabimu, anutanmu.

Dialah orang yang layak engkau jadikan panutan selain Aisyah, Khodijah dan Asiah. Abi dan ummi akan selalu mendukung dan berdoa untuk mendampingmu dalam upaya pembuktian akan kebenaran agama Islam. ***

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kapan Punya Mobil

Sebagai manusia normal yang memiliki ambisi untuk hidup lebih baik tentunya ada keinginan memiliki sesuatu yang belum dicapai. Apalagi sesuatu itu begitu penting untuk segera dimiliki.

Sebagai seorang wartawan junior di salah satu surat kabar local terbesar di Banten. Saya pun memiliki keinginan untuk segera memiliki kendaraan roda empat.

Sebetulnya keinginan memiliki mobil hanyalah mimpi saya supaya ada semangat untuk bekerja. Maklum, jika dilihat dari gaji saya sebagai wartawan jelas keinginan itu tidak mungkin.

Hitung-hitungan kasar saya keinginan itu jelas tidak mungkin, yah jelas tidak mungkin. Namun, baying-bayang impian itu tetap menggelayuti alam pikiran saya apalagi sejak istri berada di rumah mertua di Brebes, Jawa Tengah.

Betapa repotnya saya ketika ingin pulang ke menemui istri. Naik kendaraan bus memang gampang tapi butuh kesabaran yang ekstra karena sering berhenti.

Secercah harapan untuk memiliki mobil kian membara ketika saya membaca pengumuman sayembara Wiranto mendengar. Di sana ada kategori perlombaan menulis khusus wartawan dengan nilai imbalan juara satu sebesar Rp 50 juta.

Ya Allah, ini adalah bagian dari ikhtiar hamba sebagai manusia biasa dan semuanya tergantung kemauanmu. Kini aku berserah diri kepadamu apakah memang saya layak untuk diberi mobil atau tidak.

Ungkapan batin saya ini sering saya katakan ketika wajah saya hadapkan kepada sang penguasa. ****

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Rindu Ummi

Hari-hari saya menjadi sunyi, tak ada lagi tawa dan canda yang menghiasi disaat diri ini lelah dan butuh tautan dan sandaran. Ummi, abi rindu akan kehadiranmu untuk saling bertutur kata.

Kerinduan akan senyuman dan kecantikan wajahmu sempat menjadi bayangan belaka, tatkala kau pergi. Tak ada lagi suara yang membangunkan saya di tengah malam untuk melakukan shalat, tak ada lagi kata-kata yang mengingatkan saya untuk shalat subuh tepat waktu.

Tidakkah kau juga merindukan seperti yang abi rasakan?. Suasana kesunyian dalam rumah seperti ini pernah saya alami ketika sang istri sedang beristirahat di rumah orangtuanya.

Pergantian malam terasa hambar, bintang-bintang pun tak lagi mengintip kami yang sedang berdua. Mungkin mereka pun enggan untuk datang atau sekadar menyapa saya karena tidak ada sang bidadari yang memikat pandangan mereka.

Kelelahan saya pun terasa payah karena tak ada lagi yang menyediakan hidangan meskipun hanya sekedar minuman teh ataupun kopi bercampur cream yang biasa engkau sajikan.

Takaran teh dan gula hasil olahan saya sendiri terasa tidak enak dan tak dapat menyegarkan badan. Tetap optimis bi, Insya Allah ummi cepat sehat dan bisa berkumpul lagi. Demikian pesan singkat dari istri ketika saya menyampaikan perihal kerinduan yang saya rasakan. ****

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Nasehat Sang Istri

Ummi tahu kalau abi sebetulnya orang hebat dan layak mencapai kesuksesan. Namun, potensi yang abi miliki masih sekadar menjadi endapan yang disimpan dalam otak dan pikiran abi sendiri.

Nasehat sang istri ini saya dapatkan ketika hati dan pemikiran sedang mengalami kejumudan dalam merancang masa depan. Sebetulnya saya menyadari bahwa ini semua akibat rutinitas keseharian saya yang sudah menjemukan.

Hari-hari saya saat itu seolah seperti sebuah mesin di pabrik, yang berkutat pada satu warna kehidupan. Bosan, suntuk dan buntu menjadi akhir dari rutinitas yang saya jalan selama sekian tahun.

Kehidupan seperti ini membuat saya tidak mampu berpikir akan rencana strategis dalam keluarga. Ummi yakin kalau abi berusaha keras untuk berindak maka semua cita-cita yang pernah kita bicarakan akan terlaksana, demikian berulangkali sang istri memberikan nasehat sekaligus motivasi tatkala diri ini sedang mengalami kelemahan.****

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ke Eropa Atau Mekkah

Andaikan kita diberikan kesempatan untuk jalan-jalan ke luar negeri, saya ingin mengajak istri dan anak ke Eropa. Tidak ada alasan mendasar selain keinginan untuk meningjakan kaki ke tanah yang selama ini selalu menjadi pusat perhatian.

Keinginan ini pun saya sampaikan ke istri disela-sela waktu santau. Andaikan saya punya kesempatan untuk jalan-jalan ke luar negeri ingin saya ajak Fadia ke eropa, kata saya kepada istri sambil memandangi wajah Fadia yang masih imut.

Mendengar mimpi saya, istri langsung mengucapkan Amin. Selanjutnya dia komentar sembari mengajukan usulan. Mendingan ke Mekkah dan Madinaah bi, sekalian umroh dan bisa melihat langsung bagaimana kemegahan Islam dengan simbol ka’bahnya, saran istri sambil mengajak bicara Fadia kecil yang kami pun belum tahu apakah dia mendengarkan atau tidak karena saat itu usianya masih 3 minggu.

Setelah saya berpikir ulang, akhirnya menyetujui saran dari istri. Tapi ngomong-ngomong kapan kita kesana wong belum memiliki uang kok, celetuk saya sambil tertawa. Mendengar komentar saya yang bernada pesimis itu, istripun langsung mengatakan, rizki Allah itu bisa datang dari mana saja, siapa tahu nantinya nasib kita berubah secara ekonomi, kata istri sambil kembali meminta persetujuan Fadia kecil.

Itulah salah satu mimpi yang sering kita bicarakan berdua ketika waktu santai. Meskipun belum tahu darimana datangnya rizki dan kapan mimpi itu bisa tercapai tapi paling tidak kami memiliki semangat untuk pergi ke tanah suci Mekkah. ****

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Lebaran Tak Sendiri Lagi

Idul fitri tahun 2007 merupakan hari raya yang paling istimewa diantara lebaran sebelumnya. Pada lebaran kali ini saya sudah tidak sendiri lagi karena kini ditemani sang istri tercinta.

Jika sebelumnya saya terkesan cuek untuk pulang ke kampung halaman. Namun, idul fitri kali ini saya terkena kewajiban untuk pulang karena ditunggu sang mertua.

Memang semua menjadi berubah, hidup saya yang dahulu bebas tanpa adanya ikatan apapun. Kini, harus mengakomodir keinginan orang lain, baik itu istri maupun mertua.

Selain itu, saya pun harus keliling menemani istri untuk menemui keluarganya. Yah, paling tidak memperkenalkan diri saya yang sudah resmi menjadi suami. Jujur saya akui sebelumnya tidak terlalu tertarik untuk pulang ke kampung meskipun hari raya idul fitri.

Biasanya untuk sekadar meminta maaf kepada orang tua, saya pulang sebelum lebaran. Dalam benak saya waktu itu adalah yang terpenting substansi permohonan maaf kepada orangtua yang menurutku tidak selalu dilakukan pada momen idul fitri.

Sisi lain dari lebaran pasca menikah adalah proses penyadaran saya, dimana hidup berkeluarga membutuhkan ikatan dan pegangan yang kuat supaya pertautan batin dan rasa asah diantara keluarga selalu rekat, meskipun ada angin yang terkadang membuat kita kaget.

Kini, sejak tahun 2007 saya bisa merayakan lebaran tanpa harus sendiri lagi. Apalagi dengan kehadiran Fadia kecil yang masih imut dan lucu, yang kadang-kadang tingkahnya membuat orang di sekilingnya tertawa. ****

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ummi Juga Perkasa

Malam itu ia tampak panik, beberapa kali ia harus mondar-mandir meskipun perutnya sudah terlihat gendut karena masa kehamilannya semakin tua. Tak hanya itu, ia pun terpaksa bergadang dan tidur di kursi yang keras dan susah untuk berbaring.

Terima kasih ummi, kau begitu tulus menjadi teman abi yang paling setia di saat abi tidak berdaya karena terkena gejala tipes sampai harus dirawat di rumah sakit selama 4 hari.

Disaat kondisi saya lemah sampai untuk buang hajat saja harus diantar ke kamar kecil. Subhanallah, maha suci Allah yang telah memberikan saya istri yang perkasa. Meskipun kau bukan dokter atau perawat tapi perlakuanmu terhadap suami yang sakit melebihi kepiawian dokter maupun perawat.

Sabar ya de, abi sedang sakit harus ditungguin biar cepat sembuh. Dede jangan rewel dan mabok ya. Doakan abi biar cepat sembuh dan bisa bekerja lagi. Demikian permintaan istri pada Fadia saat masih dikandungan ketika menjaga saya saat dirawat di rumah sakit.

Kegigihan dan ketulusannya pada suami ketika tidak berdaya, membuat hati saya luluh dan menyadari akan hakikat teman hidup yang setia. Terima kasih Ummi atas kesetiaanmu semoga akan menjadi keberkahan rumah tangga kita berdua.****

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sosok Fadia Besar

Penampilannya anggun, gaya bicaranya lembut tapi tegas. Tutur katanya sitematis dan tanpa pernah ragu. Jilbab panjang yang dikenakan tidak membuat orang lain takut tapi justru ingin mendekat.

Gadis ini selalu menjadi pusat perhatian karena akhlaknya yang mulia, tak pernah bicara keras apalagi membentak. Rasa empatinya yang dalam membuat ia dikagumi orang lain. Tak hanya itu, gadis kelahiran 20 April ini tidak pernah lalai dari shalatnya baik sunnah apalagi wajib. Puasa senin kamis selalu menjadi teman setianya baik dalam keadaan suka maupun duka dan kau tak pernah putus asa dalam menyelesaikan persoalan serumit apapun.

Senyumnya yang tulus penuh persaudaraan membuat orang lain selalu bertanya anak siapakah itu. Jika diberi amanah tak pernah membuat kecewa orang yang memberinya.

Itulah Hazimah Ayu Fadia ketika dewasa nanti. Anak pertama kami yang lahir pada Minggu, 20 April 2008 ini. Do’akan abi ya nak supaya selalu ingat akan impian ini. Kamu mungkin belum tahu akan masa depan nanti seperti apa. Abi dan ummi yang nanti bertanggungjawab tentang nasibmu. Meskipun belum tahu eranya kamu dewasa nanti seperti apa.

Satu yang abi pesankan padamu kelak jika sudah besar, jadilah seorang muslimah ideologis dan memiliki wawawasan luas sehingga menggentarkan orang-orang yang tidak suka dengan agamamu.

Jangan pernah takut menghadapi orang-orang zalim selama kami memiliki ilmu dan wawasan yang memadai. Perkuatlah akidahmu dan pertajamlah analisamu. Abi yakin kamu akan jadi muslimah yang selalu terdepan dan terbaik. Selamat berjuang. ****

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Fadia Suka Caper

Abi Fadia lucu loh, masa kalau nangis seperti dibuat-buat. Mulutnya dilebarin dan suaranya seperti nangis bohongan. Kalau didekap dan digendong baru langsung berhenti seperti orang dewasa yang minta keinginannya dipenuhi.

Demikian bunyi pesan singkat yang saya terima dari istri ketika berada di rumah nenek Fadia, di Brebes, Jawa Tengah. Membaca SMS ini saya jadi tersenyum sendiri. Ada rasa haru dan kangen untuk bisa mendekap Fadia yang masih umur 1,5 bulan itu.

Sejak dibawa ke rumah neneknya di Jawa Tengah, nyaris saya tidak melihat perubahan Fadia kecil setiap saat. Tingkah dan kelucuannya hanya saya dapatkan dari cerita istri yang sering menelepon ataupun SMS. Sebelumnya, dalam SMSnya istri sering menceritakan kalau Fadia sudah berlagak seperti orang besar dan menjadi manja, karena tidak mau tidur kalau tidak digendong.

Tingkah Fadia kecil yang lucu pernah saya lihat sendiri, ketika acara akikahnya. Anak yang lahir di klinik bidan ini tidur pulas saat dibawa untuk mengelilingi para tamu yang jumlahnya saat itu ada sekitar 50 orang.

Tapi, ketika para tamu sudah pada pulang Fadia kecil terbangun dan menangis. Idih anak kok lucu amat, giliran tamunya sudah pada pergi bangun. Kata neneknya sambil merangkul Fadia kecil dengan penuh kasih sayang.

Memang, Fadia kecil beruntung karena umminya anak pertama dan perempuan satu-satunya sehingga disayang sama neneknya. Bahkan, rasa sayangnya pada Fadia kecil melebih sayangnya pada istri. Boleh kau caper nak ya, tapi jangan berlebihan. Sebab sesutau yang berlebihan tidak baik dan dilarang oleh agama, kata saya dalam batin. ****

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Abi Harus Hemat Yah

Seperti laki-laki pada umumnya, saya adalah salah seorang yang masuk kategori boros dalam masalah keurangan. Jika memiliki uang Rp 100.000 maka bisa habis dalam satu hari tanpa terlihat untuk apa uang itu.

Tak heran, sang istri selalu mengingatkan supaya saya selalu hemat dana mengelola keuangan. Abi harus hemat, ingat sudah ada Fadia di dekat kita dan harus mendapatkan jatah dari uang yang abi peroleh. Demikian pesan yang selalu disampaikan istri kepada saya terkait masalah keuangan.

Dasar laki-laki, sudah diwanti-wanti untuk hemat tetap saja boros. Melihat kondisi ini, istri langsung mengultimatum kepada saya bahwa kalau sudah dapat gaji harus langsung dipotong jatah. Ayo sini bayak pajak sama Bank Murni (nama panggilan istri). Itulah kata sindiran yang selalu aku dapatkan setiap kali gaji turun.

Kalau sudah ditodong begitu sayapun menyerah dan langsung menyerahkan seluruh gaji saya. Terserah ummi, saya mendapat jatah berapa. Kata saya setiap kali ditodong istri. Meskipun gaji masih pas-pasan tapi jika sudah ditangan istri sepertinya gaji saya itu besar karena seluruh kebutuhan dapat tercover.

Saya akui bahwa sifat boros adalah sikap buruk yang sebetulnya harus ditinggalkan, apalagi sudah memiliki istri dan anak. Betapa indahnya memiliki istri yang perhatiannya tidak ada batas. Peristiwa semacam ini terkadang menjadi bahan perenungan saya akan hakikat rumahtangga. Dimana kedua karakter yang berbeda bisa saling mengisi tanpa harus ada yang merasa dirugikan.

Makanya saya selalu heran dan aneh ketika menemui seorang laki-laki yang sudah menikah kok kekayaannya berangsur-angsur membaik. Paling tidak ada perubahan dalam diri seseorang tersebut, terutama masalah keuangan yang bisa terkontrol. Benar ungkapkan seorang penulis bahwa menikahlah engkau maka akan menjadi kaya. *****

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

I Love You Ummi

Hampir disetiap waktu dimana saya dan istri bercinta. Ia selalu menanyakan apakah abi cinta sama ummi. Kata yang sebelumnya tidak pernah aku dengar dari seorang wanita. Awalnya saya menganggap pertanyaan ini tidak terlalu penting. Sebab, dalam benak saya kata itu seperti kekanak-kanakan yang seharusnya tidak perlu diungkapkan oleh istri.

Namun, beberapa waktu kemudian saya baru menyadari betapa kata tersebut sangatlah berarti bagi wanita yang konon katanya sering menggunakan perasaan daripada logika. Sejak saat itulah, kalau istri menanyakan kata tersebut langsung saya jawab I Love You Ummi. Bagi yang tidak terbiasa mengeluarkan kata ini terasa aneh dan berat.

Begitu saya katakan I Lovo You Ummi, istri saya langsung menjawab I Love You To. Kehangatan dalam suasana keluarga semua berawal dari kata cinta. Tentunya cinta yang bukan didasari nafsu belaka, namun sebuah ungkapan isi hati kepada seorang wanita yang sudah menjadi pilihan kita dalam meniti kehidupan.

Assalamu’ailkum Ummi, I Love You. Inilah kata yang selalu saya ungkapkan ketika berjumpa dengan istri baik pulang kerja maupun saat bangun tidur. Kekuatan cinta inilah yang meyakinkan kami untuk membangun komitmen untuk senantiasa bersama dalam mengarungi samudera kehidupan, yang sering terkena gelombang ujian.

Kekuatan cinta inilah yang kami yakini mampu merubah konflik menjadi awal kebersamaan, merubah kesulitan menjadi kemudahan dan merubah tradisi lama menjadi tradisi baru yang penuh semangat dan optimisme. ****

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Jalan Pagi Berdua

Udara pagi yang menyelubungi kawasan Komplek Perumahan Banjarsari, Cipocok Jaya terasa sejuk, damai, dan membuat kami berdua ingin memasukan udara ketika itu di dalam kantong, untuk persediaan ketika sore harinya nanti. Apalagi ketika melihat tetes embun yang masih malu-malu.

Sekitar pukul 06.00 WIB, seperti biasa kami mengelilingi sekitar komplek. Selain berolahraga, kegiatan rutin ini sebagai salah satu upaya kami untuk memperkenalkan diri kepada warga di komplek.

Yang tak kalah pentingnya adalah, konon bagi wanita hamil jalan pagi akan mempermudah proses persalinan dan itu teruji saat istri melahirkan.

Sambil sesekali gandengan tangan, kami ngobrol ngalor ngidul sambil mengenang masa lalu ketika menjadi aktivis di kampus. Sebagai orang yang memiliki latarbelakang sosial, aku paling jago bercerita soal permasalahan sosial. Sebaliknya, istri yang kebetulan berlatarbelakang eksak lebih suka menuturkan fenomena alam, seperti perisitiwa meletusnya gunung Krakatau sembari meregangkan otot yang terasa kaku.

Setelah peregangan otot dirasa cukup, kami pun bergegas membereskan rumah dan bersih diri untuk siap berangkat kerja ke kantor masing-masing. Sekitar pukul 08.00 WIB kami berangkat dengan kendaraan roda dua layaknya sepasang anak manusia yang sedang memadu kasih.

Sekilas tampak sepele kegiatan ini, tapi ternyata memberikan makna tersendiri bagi kami berdua. Selain menjadi sarana tegur sapa antar tetangga, yang tak kalah pentingnya adalah kami menjadi semakin mengerti akan hakikat cinta. ****

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Butir-butir Harapan

Kehadiran seorang anak bagi kami seperti butir-butir harapan yang kelak akan merefleksikan siapa sesungguhnya diri kita. Harapan akan memiliki keturunan seperti keluarga nabi Ibrahim, yang garis keturunannya layak untuk jadi tauladan.

Setiap tangisan dan butiran air mata yang keluar dari kelopak mata Fadia, selalu memiliki arti bagi kami. Setiap tingkah dan tawanya menjadi inspirasi akan dijadikan seperti apa Fadia ini. Lirikan dan gerakan bola matanya menjadi arah akan sebuah perubahan yang akan ia dapatkan kelak dikemudian hari.

Suara tangisnya yang terkadang terlihat seperti dibuat-buat menjadi bahasa komunikasi apa sesungguhnya yang ia inginkan. Sulit memang untuk dimengerti jika hanya menggunakan bahasa verbal. Namun, sentuhan hati dan nurani antara ibu, ayah dengan Fadia kecil mampu menelisik ke jiwanya sehingga seolah-olah kami sedang berbicara dengan Fadia yang baru berumur 2 bulan.

Ya, butir-butiran harapan kini telah ada di depan mata kami. Seperti halnya kita menjadi harapan oleh orangtua kita dulu. Butiran harapan ini harus senantiasa dipupuk dengan keimanan dan kejujuran serta kepedulian terhadap nasib sesame supaya anak kita menyadari bahwa ada ambang batas dalam kehidupan manusia di dunia. ****

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ketika Cinta Terbelah

Masalah cinta sampai saat ini masih asyik untuk dibicarakan, termasuk bagi sepasang suami istri baik yang masih baru maupun pemain lama. Beribu kata telah lahir hanya untuk menyandingkan kata cinta, seperti judul sebuah novel yang heboh di tahun 2008 yaitu ayat-ayat cinta, karangan Habiburahman El-Sirazy yang difilmkan.

Mudahnya seseorang mengatakan kata cinta menjadikan kata ini nyaris tidak memiliki makna apapun, terutama bagi seseorang yang pernah memiliki pengalaman pahit soal cinta. Saya sendiri terkadang dibuat bingung ketika sang istrinya menanyakan apakah abi cinta sama ummi?.

Ringan sebetulnya jika hanya dilihat dari kata perkata. Tapi, terasa sulit menjabarkan kata cinta ketika pertanyaan itu dilontarkan tiba-tiba tanpa proses penghangat yang akan mencairkan suasana. Kiranya pernikahan ini tidak didasari ibadah, rasanya sulit untuk mempertahankan cinta dalam bingkai logika kemanusiaan.

Ring ibadah inilah yang kemudian akan menjadi batasan kita dalam menyikapi persoalan cinta. Apalagi, jika di tengah-tengah kita sudah hadir sosok penjelmaan kita dengan istri yang merupakan karunia dari Allah SWT, yaitu anak.

Disinilah mulai terbelah cintanya seorang suami terhadap istri atau istri terhadap suami. Bahkan, realitasnya keberpihakan cinta seseorang akan lebih condong kepada anak daripada istri ataupun suami. Betul atau tidak kalimat ini, yang terpenting adalah ring atau benteng rumah tangga kita tidak jebol oleh terpaan angin godaan ataupun hempasan badai dunia yang sering membuat kita silau dan ingin mendekat. Bahkan, merangkul tanpa tahu bahwa semua itu hanyalah cinta semu yang akan berakhir.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Amanah Itupun Tiba

Ahad (20/4) sekira pukul 03.30 WIB, disaat tusukan angin terasa menyayat tulang persendian, dimana manusia terlelap oleh mimpi-mimpi, di malam itu pula Allah SWT memerintahkan kepada manusia untuk bangun dan melaksanakan qiyamulail.

Detik itulah saya diberi amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannnya. Di tengah keheningan sepertiga terakhir malam, saat itulah anak pertama kami lahir yang kemudian kami beri nama Hazimah Ayu Fadia.

Sebuah nama yang dihasilkan dari diskusi saya dan istri sejak usia kandungan satu bulan. Hazimah artinya teguh, Ayu dalam bahasa jawa artinya cantik dan Fadia menurut sang istri adalah nama salah satu spesies bunga di Jepang yang indah. Jadi, kalau kami sering ditanya oleh seseorang tentang mengartikan nama anak kami adalah seorang gadis cantik yang memiliki keteguhan hati.

Mungkin bagi sebagian orang makna tersebut terlalu melangit. Tapi, saya memiliki keyakinan sebagaimana yakinnya Rasulullah ketika mengatakan kepada para sahabat bahwa suatu saat umat Islam akan berjalan dengan penuh kewibawaan di depan kaum kafir.

Pernyataan itu dikatakan nabi ketika beliau masih di Madinah dan perjalanan yang dimaksud adalah perjalanan ke Mekkah. Beberapa tahun kemudian, ucapan beliau terbukti dengan peristiwa futtuh Mekkah. Persepsi saya sebagai seorang ayah tidak akan mengkerdikan cita-cita seorang anak hanya karena dominasi pesimisme yang berlebihan dan terkadang tidak masuk logika kemanusiaan.

Anak adalah amanah sebagaimana kita diamanahi diri kita sendiri. Panglima perang yang paling gagah adalah optimisme dalam meniti kehidupan. ***

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS