RSS

Soal Hutan, Si Kecil Ingin Terlibat


Dunia merasa khawatir dengan tingkat kerusakan hutan di Indonesia yang cukup cepat, meski pemerintah mengklaim laju kerusakan hutan berkurang dari 2,3 juta hektar per tahun pada periode 1997-2000 menjadi 1,08 juta hektar per tahun pada periode 2000-2006 [www.kompas.com]. Namun, melihat fakta di lapangan masih banyak masyarakat yang tidak peduli terhadap kondisi hutan kita. Lalu apa yang bisa kita lakukan?

Oleh Abu Hazimah Ayu Fadia

Sebagai warga biasa yang tidak memiliki jabatan apapun saya hanya mampu mengajak si kecil untuk lebih dekat dengan tanaman. Yah, paling tidak dia tahu kalau menanam tanaman itu banyak manfaatnya. Bukan hanya menambah keindahan dan keelokan rumah tapi juga sebagai symbol bahwa kita adalah salah satu dari jutaan manusia yang peduli tentang lingkungan.

Awalnya juga saya tidak terlalu tertarik menulis soal hutan. Namun setelah membaca di beberapa media diantaranya Kompas dan Media Indonesia, ada fakta yang mencengngkan soal kondisi hutan Indonesia. Di Provinsi Banten saja, dimana saya berdomisili, tercatat 120 ribu dari 22,1 hektar hutan di Banten dinyatakan kritis. Bahkan, sekitar 12 ribu hektar dari lahan kritis telah gundul. Kerusakan terparah ada di Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang.

Kalau dilihat dari apa yang saya lakukan bersama si kecil rasanya tidak mencukupi untuk mengimbangi tingkat kerusakan hutan saat ini. Tapi, paling tidak saya bisa menjawab ketika ditanya sang pencipta manakala di akhirat. “Apa yang kamu lakukan terhadap alam selama kamu hidup,” demikian kira-kira pertanyaan sang pencipta kepada saya kelak.

Setiap sore usai pulang kerja saya dan istri mengajak si kecil bersama-sama menyirami beberapa jenis tanaman yang ada di rumah. Dua pohon cemara, tiga pohon pucuk merah adalah beberapa jenis tanaman yang menghiasi rumah mungil kami. “Ayo Mi, yang itu belum disiram,” kata Fadia dengan ekspresi menggemaskan seraya menunjukan jari telunjuknya ke arah cemara.

Gemercik air dari taman mungil kami menambah suasana terasa di alam terbuka. Biasanya kalau sudah semangat menyiram tanaman, Fadia enggan beranjak dan butuh kerja keras untuk merayunya. Kami percaya sekecil apapun keterlibatan Fadia soal lingkungan akan membawa dampak positif saat dewasa nanti. Menurut psikolog, karakter seorang yang dewasa sangat dipengaruhi masa kecilnya. Tatkala, seseorang hidup dalam perkataan yang kasar dari orangtua atau lingkungan terdekatnya semasa kecil maka saat dewasa pun ia akan tumbuh menjadi pribadi yang kasar.

Sebaliknya, jika seseorang hidup dalam masa penuh kasihsayang dan hangat maka orang tersebut akan menjadi manusia penyayang saat dewasa. Oooh jadi kemana-mana nih. Oke deh, kita kembali ke tema awal soal si kecil yang peduli lingkungan. Intinya kita harus menjaga hutan Indonesia agar tetap berseri dan indah dipandang mata. Hutan kita terluas kedua loh Se-Dunia. Dari berita di www.kompas.com, tercatat hutan Indonesia kini terluas kedua di dunia. Dari 126,8 juta hektar hutan, 23,2 juta ha adalah hutan konversi, 32,4 juta ha hutan lindung, 21,6 juta ha hutan produksi terbatas (HPT), 35,6 juta ha hutan produksi, dan 14 juta ha hutan produksi konversi (HPK).***

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Cegah Gigi Berlubang, Oh Menyenangkan


Menjadikan aktifitas mandi yang menyenangkan bagi si kecil yang sudah tumbuh egonya bukan hal mudah. Tapi juga bukan hal yang sulit karena justru menjadi kegiatan yang menyenangkan asalkan kita kreatif. Pengalaman ini saya alami sendiri sebagai ibu muda yang dikaruniai seorang anak perempuan.

Oleh Ummi Fadia


Kemampuan bicaranya cukup baik karena mampu merangkai 4-5 kata meski usianya baru 1,7 tahun. Melihat perkembangan Fadia, panggilan akrab anak pertama saya. Kami tak mau si kecil mengalami gigi keropos yang bisa menghambat kejelasan lafal katanya. Gosok gigi usai mandi menjadi kebiasaan Fadia setiap harinya.

Awalnya, saya mengalami kesulitan tatkala Fadia enggan gosok gigi dengan alasan macam-macam. Namun, lambat laun Fadia sudah terbiasa dengan gosok gigi, tentunya menggunakan pasta gigi dan sikat yang sesuai anak-anak. Tak hanya itu, aktivitas gosok gigi ini menjadi acara menyenangkan bagi si kecil karena menemukan permainan baru. Gosok gigi bukan sekedar aktifitas membersihkan gigi tapi aktifitas ini juga turut andil dalam stimulasi motorik halus anak.

Sifat fadia yang aktif cukup sulit bagi saya untuk membantunya menyikat gigi. Dia lebih suka melakukannnya sendiri. Sehingga cara terbaik adalah dengan melakukan sikat gigi secara bersama-sama. Sehingga perilaku meniru pada usianya itulah yang kita manfaatkan untuk bisa melakukan pembersihan gigi. Dengan mengajarkan cara menyikat gigi yang benar yaitu dengan Penyikatan gigi dilakukan dengan gerakan memutar pada gigi anterior maupun posterior atau biasa disebut metode fons.

Metode ini adalah metode yang mudah dilakukan bagi anak. Tentu pada saat tertentu kita yang melakukan penyikatan. Biasa fadia akan minta bantuan saat dirinya sudah merasa cukup puas, dantentunya sikkap tes cari perhatian. Saat itulah saya masuk untuk melatihnya langsung menggosok gigi. Beruntung saat ini sudah ada pasta gigi yang aman jka ditelan meskipun belum tersedia secara mudah di toko-tok. Kami masih harus membelinya langsung di babyshop.

Tapi yak apa karena banyak manfaat saat kita menyikat gigi sikeci. Manfaat sehat, perkembangan motoris, kedekatan emosi dan tentunya juga mengajarkan kerjasama.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS