RSS

Ilmuwan Penulis

Sebelumnya Abi minta maaf ya nak, keinginan ini mungkin belum tentu keinginan kamu. Ini hanya impian besar seorang ayah tentang anak pertamanya yang lahir satu hari sebelum hari Kartini. (Kalau kau sudah besar silahkan bermimpi sendiri ya nak).

Menjadi ilmuwan penulis itulah mimpi saya kepada sosok mungil yang masih usia 5 bulan. Sekali kali Abi minta maaf kalau mimpi ini mendahului mimpi kamu nanti ya nak. Sebetulnya mimpi ini cukup logis jika dilihat dari latarbelakang saya dan istri.

Istri memiliki potensi menjadi ilmuwan atau peneliti karena memiliki latarbelakang sebagai sarjana sains jurusan Fisika dari sebuah kampus yang cukup terkenal yaitu Universitas Sebelas Maret (UNS), Solo, Jawa Tengah. Sementara saya sendiri bekerja sebagai seorang jurnalis di Radar Banten, sebuah media lokal terbesar di Banten yang masih satu grup dengan Jawa Pos pimpinan Dahlan Iskan.

Latar belakang yang berbeda ini kemudian menginspirasi saya untuk melamun sosok Fadia besar nanti. Ilmuwan penulis, itulah angan-angan saya setiap merebahkan badan di atas kasur. Tapi sekali lagi ini hanya keinginan abi nak, nanti kalau kamu sudah besar kami berdua sepakat untuk menyerahkan sepenuhnya cita-cita kamu sesuai dengan potensi yang kamu miliki.

Tapi, sebagai seorang ayah boleh dong merancang kehidupan anaknya yang masih kecil. Siapa tahu mimpi saya dengan Fadia besar nanti sama. Terus terang melihat usia Fadia yang baru 5 bulan, saya belum bisa memastikan potensi yang dimiliki Fadia kecil.

Namun, melihat gelagat dan kebiasaan Fadia kecil sepertinya ada tanda-tanda anak istimewa. Beberapa kali saya mendapatkan cerita dari istri tentang tingkahnya, anak kelahiran 20 April 2008 ini memiliki percepatan gerakan fisik dan nalar yang lebih cepat dibandingkan anak pada umumnya.

Bi, Fadia lucu loh, meski usainya baru 5 bulan tapi sepertinya nalarnya sudah mulai reaksi,” kata istri dengan nada gembira. Kemudian istri menceritakan kegembiraannya ketika itu, ceritanya usia 4,5 bulan Fadia sudah mulai dilatih memakai kerudung mungil.

Memang kebiasaan sejak dini ini kita terapkan supaya Fadia terbiasa dengan kerudung, karena menutup aurat bukanlah perkara mudah jika baru disampaikan ketika usianya sudah dewasa. Menurut istri, Fadia sepertinya tahu kalau dipakaiin kerudung mau keluar rumah. “Kalau kerudungnya dipakai terus tidak keluar-keluar kaki dan badannya digerakan maju seperti ngajak keluar,” kata istri sambil tertawa kecil karena senang melihat perkembangan Fadia yang cukup baik.

Kembali ke mimpi saya tadi, dalam film bayangan saya setiap saat. Saya memimpikan Fadia adalah sosok wanita yang lincah, cerdas, pintar dan tegas dalam urusan agama. Dia adalaha sosok ilmuwan yang juga mampu menguntai penelitiannya dengan kata-kata yang renyah untuk dibaca orang.

Gambaran saya ketika itu, ilmuwan yang mampu menuliskan kata-kata dengan enak, ringan dan renyah belum saya temukan (atau saya aja kali yang tidak tahu). Mimpi inilah yang kemudian membuat saya selalu menyarankan kepada istri untuk mengenalkan lembaran-lembaran buku kepada Fadia sejak kecil.

Dalam benak saya pun berazam, kelak kalau Fadia sudah bisa ngomong akan saya bawa rekreasi ke perpustakaan dan toko buku. Tak hanya itu, rumah pun akan saya padati dengan buku-buku yang baik.

Tapi sekali lagi, ini hanyalah keinginan dari seorang jurnalis yang menjadi ayah dan memiliki istri berlatarbelakang orang eksak. Yah, paling tidak ada dua potensi yang bisa digabungkan. Untuk selanjutnya, saya menyerahkan sepenuhnya kepada Fadia jika besar nanti. Tugas kami sebagai orangtua hanya mengarahkan atau memfasilitasi potensi anak agar lebih baik.

Selamat belajar menemukan potensi diri ya nak, mudah-mudahan mimpi ayah sama dengan potensi dan mimpi Fadia, amin. ****

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: