RSS

Tjoet Njak Dien, RA Kartini dan Ayu Fadia [1]

“Aku mau sekolah yang jauh. Di sana pakai mobil. Aku kan mau jadi dokter.”

[Ayu Fadia, saat usianya 2 tahun 8 bulan].

Oleh Abi Ayu Fadia

Tepat peringatan Hari Ibu, 22 Desember 2010 yang jatuh pada hari Rabu sekira pukul 20.00 WIB. Rumah mungil kami yang biasanya ramai oleh celotehan Fadia mendadak hening. Boneka si Lebah pun terkulai di keranjang karena sang pemilik sedang layu. Wajahnya pucat dan selalu terbangun dari tidurnya diringi tangisan menahan sesuatu yang tidak mengenakan.

Istri yang sedang hamil lima bulan langsung merangkul tubuh mungil Fadia untuk kemudian dipeluk. Saya sendiri sibuk mengatur suhu AC di kamar dan mengurus air hangat kuku dan selembar handuk kecil. Sementara, keponakan yang saat itu sedang menunggu warung saya perintahkan membeli thermometer digital di apotek. Sebetulnya, alat ini sudah tersedia tapi rusak setelah diremas-remas tangan kreatif Fadia ketika sehat.

Itulah kesibukan seisi rumah ketika Ayu Fadia terkena panas hingga nyaris mencapai 40 derajat celcius tepatnya 39,4 derajat celcius. Suhu badan Fadia kami pantau setiap satu jam lalu kami catat sebagai medical record sebagaimana yang dianjurkan oleh para tenaga kesehatan. Catatan ini penting untuk mengetahui sejauhmana perkembangan suhu badan sehingga bisa cepat diambil tindakan apabila kondisi mengharuskan di bawa ke dokter.

Kata orang kedokteran panas itu bukan penyakit tapi bentuk perlawanan tubuh terhadap benda asing yang masuk, seperti virus atau bakteri. Nah, karena bukan penyakait jadi tidak perlu panic ketika mendapatkan anak kita panas. Yang terpenting panasnya dikontrol supaya bisa diambil tindakan. Apabila panasnya diikuti kejang-kejang,muntah maka secepatnya dibawa ke rumah sakit.

Hal lain yang perlu segera dibawa ke rumah sakit adalah saat suhu badansi kecil naik turunya radikal. Misal dari 39 derajat celcius langsung turun 35 derajat, nah itu perlu diwaspadai dan lebih baik segera larikan ke rumah sakit. Sebetulnya ada hal lain yang membicarkan tentang panas si kecil salah satunya adalah memindahkan tempat tidur si kecil ke tempat yang lebih luas dan sirkulasi udaranya bagus.

Alhamdulillah, sekira pukul 23.00 WIB panas Fadia mulai turun hingga pukul 24.00 WIB panasnya turun menjadi 38,5 derajat celcius yang semula 39,5 derajat celius. Lah, ini judul ama isi kok ga nyambung. He..he.. tenang aja, baca saja sampai tuntas nanti juga nyambung kok. Kenapa saya sandingkan Ayu Fadia dengan nama dua tokoh wanita terkenal tentu ada udang di balik mirong, eh di balik batu maksudnya.

Soo pasti ada dong. Masa menyandingkan nama anak dengan seorang tokoh tidak ada maksud?, wong kita memberikan nama untuk anak-anak kita juga ada filosofinya iya kan?. Jadi begini, mumpung Hari Ibu saya menulis sosok wanita yang menjadi pahlawan sang pencerah di kalangan kaum wanita. Apalagi Fadia lahir sehari sebelum peringatan Hari Kartini yaitu 20 April 2008.

Lalu hubungannya apa dengan RA Kartini dan Tjoet Nya Dien. Memang secara garis keturunan darah tidak ada ketemu karena Kartini keturunan bangsawanan Jawa, Tjoet Nya dien keturunan Sultan di Aceh. Sedangkan Ayu Fadia adalah keturunan seorang wartawan yang menikahi sarjana Fisika UNS Solo, Jawa Tengah.

Tapi bukan urusan darah yang ingin saya petik pelajaran dari dua wanita tersebut, tapi nilai-nilai pencerahan yang telah mereka lakukan sehingga menggelorakan semangat kaun wanita. Mereka berdua bisa menjadi inspirasi sebagaimana kebebasan wanita Belanda untuk mengekspresikan bakatnya telah menginspirasi Kartini, sehingga tersadarkan bahwa peran wanita bukan hanya di dapur, sumur dan kasur.

Karena terinspirasi inilah Kartini berani menulis surat pada Mr.J.H Abendanon, salah satu temannya di Belanda. Ia memohon diberikan beasiswa untuk belajar di negeri kincir angina tersebut. Sayang Kartini tidak sempat memanfaatkan beasiswa tersebut karena ia dinikahkan oleh orangtuanya dengan Raden Adipati Joyodiningrat.

Wah makin seru saja nih ceritanya. Sok pasti kan sudah saya jelaskan pada pertengahan tulisan ini bahwa nanti pasti ada kaitannya antara judul dengan isinya. Supaya lebih seriu kita rehat dulu sambil menyeruput teh poci khas Gardoe Welitan (GW). Tunggu tulisan selanjutnya pada bagian kedua masih di web yang sama yaitu www.familycare20.blogspot.com. Selamat Membaca!

Kota Serang, 22 Desember 2010

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: